
18 Oktober 2010
Cara Sehat Untuk Ngemil

6 Hal Ini Bisa Bikin Wanita Lebih Bahagia

VIVAnews - Makin tingginya biaya kehidupan sehari-hari membuat banyak orang menganggap materi menjadi hal yang bisa membahagiakan. Tapi, tahukah Anda, ada hal-hal tidak disadari yang bisa bikin Anda lebih bahagia?
Berikut ini enam hal di sekitar Anda yang bisa menunjukkan bahwa Anda sebenarnya lebih bahagia dari yang dibayangkan, seperti dikutip dari laman Shine:
Punya saudara perempuan Wanita yang memiliki setidaknya satu saudara perempuan biasanya hidupnya bahagia. Dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan pada konferensi tahunan, British Psychological Society, menyatakan, memiliki saudara perempuan mampu mendorong jalinan komunikasi dalam keluarga.
Tak hanya itu, mempunyai saudara perempuan bisa diibaratkan memiliki dukungan sosial lebih baik, sehingga menciptakan sifat optimistis lebih besar dalam diri Anda.
Tidak kecanduan nonton televisiWanita yang kerap merasa bahagia menghabiskan waktu 30% lebih sedikit terpaku di depan televisi dibandingkan dengan wanita yang sering merasa sedih. Menurut penelitian University of Maryland yang telah menganalisis kehidupan 45.000 responden selama 34 tahun, mengungkapkan, wanita bahagia lebih cenderung menghabiskan waktu bersosialisasi, membaca, atau menghadiri kegiatan keagamaan, dan kegiatan kebugaran.
Senang mengoleksi foto kenanganWanita yang menggunakan kenangan atau foto masa lalu untuk mengingatkan diri dari waktu ke waktu menjadi pertanda bahwa ia adalah orang yang menghargai hidup. “Biasanya, wanita seperti ini akan selalu memiliki perasaan bahagia,” kata Sonja Lyubomirsky, PhD, seorang profesor psikologi di University of California, AS.
Kenangan baik mengingatkan Anda tentang 'potensi kebahagiaan' Anda, dan sebagai pegangan bahwa Anda masih bisa merasa bahagia lagi meskipun saat itu sedang menghadapi musibah.
Menjadikan olahraga sebagai rutinitasWanita yang menyukai olahraga lebih cenderung merasakan kepuasan dalam hidup. Menurut para peneliti Denmark, dibandingkan dengan wanita aktif berolahraga, wanita yang kurang bergerang 70 persen lebih mungkin memiliki tingkat stres tinggi dan mengalami ketidakpuasan hidup.
Melakukan latihan olahraga ringan 17-34 menit setiap hari bisa memberikan 'suntikan' kebahagiaan dari tidak berolahraga sama sekali.
Bergaul dengan teman supel Bersosialisasi dengan teman supel dan berkarakter ceria bisa memberikan efek ceria pada Anda. Seberapa sering Anda mendapatkan kebersamaan dengan teman? Jika sering berkumpul dengan teman, peluang Anda merasa bahagia sebesar 42 persen. Sedangkan, jika jarang melakukan aktivitas kumpul, rasa senang bisa menurun menjadi 22 %.
Memiliki dua sahabat Di antara 654 wanita menikah, mereka yang mengatakan memiliki setidaknya dua sahabat lebih mungkin untuk memiliki mental lebih baik dan lebih bahagia. • VIVAnews
07 Oktober 2010
Kekerasan Antar Kelompok dalam Perspektif Pancasila

Pada bulan September 2010 diIndonesia terjadi konflik yang sangat menegangkan diTarakan Kalimantan Timur. Ketegangan ini didasari persoalan antarindividu tapi kemudian dikompori jadi antar etnis. Konflik dua kelompok di Tarakan, Kalimantan Timur, dianggap sebagai kriminal murni dan bukan masalah SARA. Bentrokan dipicu kematian seorang tokoh adat yang juga imam masjid bernama Abdullah (45), Minggu malam. Abdullah meninggal dunia akibat menderita banyak luka tusukan setelah berupaya melerai perkelahian yang melibatkan anaknya. Secara struktural, media massa tidak memberikan informasi yang jelas identitas dari pelaku-pelaku kerusuhan tersebut. Akan tetapi, dilihat dari nama-nama tersangka maupun dari kesatuan organisasi yang dipublikasikan media, konflik di Tarakan, secara struktural melibatkan kelompok masyarakat dari etnis yang berbeda. Dalam konteks negara Indonesia yang terkomposisi dari beragam etnis, munculnya konflik tersebut cukup mengkhawatirkan. Dalam sejarahnya, konflik-konflik SARA cukup sering terjadi di Indonesia, baik yang bernuansa agama maupun etnik. Karena itulah pemerintah harus siap-siap menghadapi persoalan seperti ini. Tujuannya agar konflik tidak terlegitimasi sebagai upaya pribadi atau kelompok dalam menyelesaikan masalah. Negara, dalam hal ini aparat keamanan dan hukum, harus kuat mengatasi masalah ini. Secara teoretis, konflik struktural diakibatkan oleh adanya ketimpangan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing kelompok yang tersusun pada struktur masyarakat bersangkutan. Pada masyarakat tradisional misalnya, kelompok yang mempunyai anggota lebih besar akan menekan kelompok yang lebih kecil. Keunggulan jumlah anggota, adalah sebuah sumber daya. Kelompok dengan anggota mayoritas sering memaksakan kehendaknya kepada kelompok yang lebih kecil. Konflik akan terjadi apabila kelompok kecil merasa mempunyai sumber daya yang kuat untuk melawan tekanan yang dihadapi. Jika sumber daya dirasa sudah imbang, pastilah guncangan akan terjadi. Keberanian adalah sebuah sumber daya terpendam yang bisa memancing perlawanan.
Di zaman modern, sumber daya berkembang menjadi sangat luas. Mulai dari kemampuan ekonomi, kemampuan intelektual, kekuatan industri, teknologi sampai persenjataan. Keberanian untuk menghadapi kompetitor sangat dipengaruhi oleh kepemilikan akumulatif dari sumber daya tersebut. Pandangan-pandangan tradisional yang mengandalkan jumlah anggota sebagai sebuah kekuatan untuk menghadapi lawan, sangatlah ketinggalan zaman. Pada tingkat negara, misalnya, Singapura tidak akan takut dengan tetangga-tetangganya yang besar karena telah mempunyai kemampuan intelektual dan teknologi yang tinggi. Kepemilikan Senjata
Konflik sosial yang terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur mau tidak mau harus dilihat dari konteks ini. Yang paling menonjol adalah kepemilikan persenjataan. Inilah sumber daya yang membuat dua kelompok mempunyai keberanian untuk menghadapi kelompok lainnya. Di kedua wilayah itu, senjata api telah digunakan untuk menyerang kelompok yang lain. Kemodernan persenjataan akan sangat memengaruhi kualitas konflik. Semakin modern persenjataan, kualitas konflik akan semakin modern. Artinya konflik itu tidak akan berhenti pada satu hari saja, tetapi bisa dilanjutkan beberapa hari kemudian dengan metode yang berbeda. Jika hari ini memakai senjata api dari jarak sekitar 25 meter, selanjutnya akan bisa dari jarak 50 meter, tidak harus di siang hari tetapi bisa malam hari. Wilayah konflik akan semakin luas dan waktunya semakin panjang. Jika bom yang dipakai, maka konflik akan bisa dilakukan oleh orang yang berjarak 3 kilometer dari posisi ledakan. Dengan kendaraan, mereka akan mampu mengantar bom menuju target berkilo-kilometer dan kemudian kembali lagi ke daerah asalnya.
Dari titik ini, pemerintah harus awas dengan kepemilikan persenjataan oleh orang-orang sipil, terutama senjata modern yang disebut dengan senjata api. Karena di Indonesia tidak dibolehkan kepemilikan senjata api oleh orang-orang sipil, maka pemerintah harus berani menindak orang-orang sipil yang mempunyai senjata api tanpa izin. Titik ketegasan harus ada pada masalah ini. Apabila negara tidak menyelesaikan persoalan ini, maka pemerintah juga bisa dipandang salah karena lalai terhadap tugasnya. Pemerintah juga harus melihat perkembangan kepemilikan senjata-senjata potensial nonsenjata api yang beredar di masyarakat. Kepemilikan senjata potensial tersebut di wilayah yang tersusun secara struktural dari berbagai etnis, cukup membahayakan karena akan bisa dipergunakan apabila terjadi gesekan-gesekan horizontal seperti ini.
Jika aparat keamanan (pemerintah) lebih memusatkan perhatian pada inspeksi dan sweeping senjata api dalam konflik di Tarakan, hal itu sangat bisa dibenarkan. Karena faktor inilah yang paling mendukung munculnya keberanian konflik. Senjata membuat jumlah kuantitatif anggota menjadi tidak signifikan karena sumber daya tersebut mampu membuat tingkat keberanian semakin tinggi (dan akhirnya memicu konflik).
Namun, karena konflik disebabkan oleh akumulasi sumber daya yang dimiliki, maka sumber-sumber kekuatan ekonomi, intelektualitas, maupun teknologinya juga harus dicari. Artinya pihak keamanan harus segera melihat aktor-aktor pengatur strategi dan penyebar semangat (provokatornya) yang membuat konflik itu muncul. Provokator adalah orang pintar yang mampu membangkitkan semangat. Ia juga bisa dikatakan intelek. Di luar itu penyandang dana juga dimungkinkan turut serta. Kalau ada preman terlibat di dalam konflik tersebut, umumnya mereka adalah orang yang menjalankan tindakan berdasarkan bayaran. Artinya ada orang yang mempunyai dana banyak untuk membiayai kegiatan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, negara tidak boleh kalah dalam menghadapi hal-hal seperti ini.
Penyelesaian Konflik Tarakan Acara bersejarah itu dilaksanakan di Swiss-Bell Hotel. Tarakan. Kesepakatan damai tersebut dihadiri wakil dua pihak yang bertikai. Kelompok Bugis diwakili H Sani dan Suku Tidung diwakili H Abdul Wahab. Hadir pula beberapa wakil keluarga korban, baik korban tewas maupun yang mengalami luka-luka parah. Total ada 10 item perjanjian yang telah disepakati dua pihak yang sebelumnya bertikai . hebat itu. Di antaranya, dua pihak sepakat mengakhiri segala bentuk pertikaian dan membangun kerja sama yang harmonis demi kelanjutan pembangunan Kota Tarakan khususnya dan Kaltim pada umumnya Disebutkan juga dalam perjanjian itu, dua pihak memahami bahwa kerusuhan yang telah terjadi adalah mumi persoalan tindak pidana dan merupakan persoalan individu, bukan persoalan kelompok/suku/agama. Karena itu, mereka sepakat menyerahkan penanganan persoalan tersebut kepada aparat yang berwajib sesuai ketentuan hukum. Larangan membawa dan menggunakan senjata tajam di tempat-tempat umum juga disepakati. Setelah perjanjian damai itu dibacakan, masing-masing pihak yang bertikai membubuhkan tanda tangan. Selanjutnya, mereka saling berangkulan diiringi tepuk tangan dan air mata para undangan yang hadir. Wakil Suku Tidung, H Abdul Wahab, setelah penandatanganan perdamaian mengaku gembira atas adanya kesepakatan tersebut. “Sudah, tak usah diungkit-ungkit lagi. Yang sudah terjadi biarlah sudah. Yang paling baiknya itu adalah semua harus selesai hari ini. Jadi, yang sudah lewat itu sudahlah jangan diberitakan lagi,” tegasnya. Salah seorang tokoh Bugis yang hadir dalam pertemuan. Yancong. menyatakan lega atas hasil kesepakatan dua pihak. “Saya kira, ini sangat menggembirakan, termasuk saya secara pribadi dan masyarakat Pinrang, Sulsel (Bugis), secara umum. Bahwa yang kita khawatirkan selama ini bisa kita selesaikan dengan baik dan berakhir dengan hasil yang sangat memuaskan.” ungkapnya. Sebelumnya, perundingan dua pihak berlangsung alot. Sejak Rabu sore (29/9), perundingan digagas dan dilaksanakan di ruang VIP Bandara Juwata. Tarakan. Gubernur dan Kapolda serta Pangdam menjadi mediator. Malam itu. sempat tersiar kabar bakal ada kesepakatan. Namun, saat sosialisasi, ada ganjalan dari kubu Suku Tidung. Akhirnya, perjanjian dilanjutkan keesokannya (30/9). Beberapa pihak juga puas dengan kesepakatan damai itu. Misalnya Brigjen Ibrahim Saleh, utusan kepala safTNl-AD. “Saya sangat bangga dengan keputusan ini. Saya yakin semua bisa menerima dan ikut mendukung sosialisasi hasil pertemuan ini sampai ke tingkat bawah,” tegasnya. Letkol Arm .Andi Kaharuddin, Dandim 0907 Tarakan, juga menyatakan salut kepada dua pihak. “Seluruh warga mendambakan kesepakatan damai ini dan sejarah damai itu dibuat warga Tarakan yang menginginkan kedamaian. Saya salut,” tegasnya. , Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Mathius Salempang akhirnya mengeluarkan maklumat pertama pada 2010 menindaklanjuti kesepakatan damai atas peristiwa kelabu di Tarakan. Dia meminta maklumat tersebut dijalankan dan dipatuhi secara bersama dengan kesadaran seluruh pihak. “Saya tegaskan kembali, jangan pernah melihat maklumat ini ditandatangani Kapolda Kaltim. Namun, maklumat ini adalah bagian dari kesepakatan bersama atau bagian wujud komitmen bersama dalam menghadirkan situasi aman dan tertib di Kaltim,” tegasnya. Menurut Mathius, maklumat yang dikeluarkan tersebut memang sangat ampuh. Baru semalam saja dikeluarkan, maklumat itu langsung direspons. “Itu menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan itu semua (kedamaian) dan mereka dengan sukarela menyerahkan senjata tajam masing-masing,” ujarnya. Dia mengungkapkan, sempat beredar isu bahwa polisi merazia senjata tajam (sajam) ke rumah-rumah warga. “Saya tegaskan, itu salah. Yang kami kumpulkan adalah senjata tajam yang dibawa ke jalan-jalan dan berkeluyuran di jalan. Kecuali senjata api.” tegasnya Sebab, perlakuan senjata tajam dan senjata api sangat berbeda. Untuk senjata api. penggunaannya harus memiliki izin khusus. “Jadi, saya tegaskan, tidak ada razia ke rumah-rumah,” katanya. Menurut pantauan Radar Tarakan (INDOPOS group) selama sehari kemarin, kondisi sudah berangsur-angsur normal. Toko-toko kembali buka, meski belum seluruhnya. Pasar pun kembali beraktivitas. Termasuk, sudah ada angkutan umum yang beroperasi. Sebelumnya, kondisi Tarakan lumpuh total. Rusuh yang meledak di Tarakan, Kalimantan Timur, mesti menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah, terutama pemerintah daerah. Kesenjangan antara penduduk pendatang dan penduduk asli harus segera diatasi. Bila kesenjangan sosial, budaya, dan ekonomi telanjur menganga, masalah yang kelihatannya sepele saja bisa memicu konflik besar. Kerusuhan itu baru bisa diredakan setelah para tokoh dari dua kelompok yang bertikai sepakat menyetop permusuhan. Mereka meneken 10 butir kesepakatan, yang antara lain menyatakan bahwa menganggap segala kejadian itu murni tindak pidana dan menyerahkan penyelesaiannya kepada kepolisian. Secara berangsur-angsur, mulai kemarin penduduk yang mengungsi telah kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa. Mempertemukan para tokoh dari kedua belah pihak memang merupakan resep jitu untuk menghentikan konflik. Cara ini pulalah yang dulu dilakukan dalam meredam kerusuhan Ambon, Sanggauledo, dan Sampit. Semakin sering para tokoh setempat bertemu akan semakin mencairkan ketegangan. Tahap berikutnya tentu saja menyelesaikan konflik lewat penegakan hukum yang tegas, adil, dan tanpa mengundang pertikaian susulan. Hanya, untuk menuntaskan akar persoalan di balik kerusuhan itu, pemerintah masih perlu bekerja keras. Pemerintah daerah harus menghentikan proses marginalisasi secara sosial, ekonomi, dan politik yang dialami oleh orang-orang Tidung di Tarakan. Mereka semakin tersisih bukan hanya karena jumlahnya yang semakin sedikit, melainkan juga lantaran minimnya keterlibatan mereka dalam penyelenggaraan pemerintahan dan aktivitas bisnis. Kini jumlah suku Tidung hanya sekitar 10 persen dari seluruh warga Tarakan. Sejak zaman penjajahan Belanda, mereka terdesak oleh para pendatang, yang umumnya berasal dari Jawa dan Bugis. Proses marginalisasi ini berlangsung hingga sekarang. Fenomena ini juga menunjukkan tak adanya kemauan sungguh-sungguh pemerintah, terutama pemerintah daerah, membantu mereka agar tidak terlalu tertinggal dari masyarakat pendatang. Itulah pentingnya Pemerintah Kota Tarakan menengok kembali nasib orang-orang Tidung. Tak cukup hanya dengan cara melestarikan seni-budaya suku ini, pemerintah daerah juga harus memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mereka untuk mendapat pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Hak mereka mendapat persamaan di depan hukum dan pemerintahan pun wajib diperhatikan. Hanya dengan cara seperti itu kesenjangan sosial bisa dikurangi, dan konflik sosial bisa dicegah.